Mahasiswa Pendidikan Pencinta Alam dan Lingkungan (MADIPALA) FIP UNM Berhasil Taklukkan Gunung Dewata

Sebuah peristiwa luar biasa terjadi di puncak Gunung Dewata, Sulawesi Barat. Mahasiswa Pendidikan Pencinta Alam dan Lingkungan (MADIPALA) dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar (UNM) berhasil menaklukkan jalur pendakian yang sulit dan menantang.

Pendakian dimulai dari Dusun Rante Pongko, Desa Tondok Bakaru, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa. Minggu lalu, tepatnya pada tanggal 25 Februari 2024, para mahasiswa berani menghadapi tantangan di jalur gunung gandang dewata via Mamasa.

Jalur ini terkenal sulit karena curam dan membutuhkan mental serta fisik yang kuat. Persiapan yang matang, termasuk manajemen ransum dan alat pendakian, menjadi kunci kesuksesan. Selama 8 hari, mereka menempuh perjalanan dari kaki gunung hingga puncak Gunung Dewata.

Setiap pos pendakian memiliki jarak tempuh sekitar 3-4 jam, dan rintangan yang dihadapi semakin memperkuat semangat para pendaki. “Gunung ini masuk dalam 7 jalur pendakian terekstrim di Pulau Sulawesi,” kata Muh. Alfurqon Alim, Ketua MADIPALA FIP UNM kepada wartawan.

Pendakian ini bukan semata-mata petualangan, melainkan juga bagian dari penelitian. Muh. Alfurqan Alim, mahasiswa jurusan Administrasi Pendidikan Angkatan 2020 satu-satunya peserta, dan Muh. Shadiq Alfurqany Mahasiswa Pendidikan khusus Angkatan 2018, sebagai pendampingnya, melakukan pengambilan nomor registrasi anggota sebagai bagian dari kegiatan ini.

Dr. Erma Suryani Sahabuddin, M.Si., dosen pembina MADIPALA, sekaligus sebagai Dosen pengampuh mata kuliah Pendidikan Lingkungan di FIP, serta Dosen pada Program Studi Pendidikan Kependudukan Lingungan Hidup Pasca Sarjana UNM memberikan apresiasi atas pencapaian luar biasa para mahasiswa. Dia juga mengingatkan agar proses penyelesaian studi dan perolehan prestasi akademik tetap menjadi fokus, tanpa mengabaikan tanggung jawab menjaga dan melestarikan alam lingkungan.

Perjalanan epik para mahasiswa di Gunung Dewata terus mengungkap keajaiban alam. Setelah menaklukkan jalur yang sulit, mereka menemukan tanaman langka dan berhadapan dengan satwa-satwa eksotis.

Furqon, yang akrab disapa Api, menjadi saksi keberuntungan yang jarang ditemui: kantong semar. Tanaman ini hanya tumbuh di hutan yang masih alami dan terjaga. “Kantong semar yang kita jumpai adalah anugerah buat kami,” ujar Furqon. “Kami akan merawat alam dengan segenap hati.”

Namun, keajaiban tak berhenti di situ. Descartes, panggilan akrab untuk Shadiq, melaporkan penemuan satwa-satwa langka selama perjalanan. “Kami berharap alam kita memberikan manfaat kepada kita, manusia,” kata Descartes dengan semangat.

Pendakian ini bukan hanya tentang puncak, melainkan juga tentang keajaiban yang tersembunyi di setiap langkah. Para mahasiswa telah menulis sejarah dan menginspirasi kita semua untuk menjaga alam dengan lebih baik.